PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Mayers (1996), “cognition refers to all the mental activities associated with thinking, knowing, and remembering.”
Menurut Margaret W. Matlin (1994), yaitu “cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of knowledge.”
Kuper & Kuper (2000), kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran.”
Jadi kesimpulannya dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
2. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
a. Ide-ide dasar Teori Piaget
Konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya :
· Anak adalah pembelajaran yang aktif, maksudnya anak memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadaran tentang realitas dunia yang dihadapi. Artinya dia akan terus bereksperimen dengan objek-objek yang mereka temui, memanipulasi sesuatu dan mengobservasi efek-efek dari tindakan-tindakannya. Jadi anak mengorganisasi dan menginterprestasikan informasinya.
· Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya, maksudnya adalah anak tidak hanya mengumpulkan apa yang mereka pelajari dari fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan, emalainkan anak membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
· Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema.Sedangkan akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungan.
· Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan kearah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek, maksudnya system kognisi seseorang berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
3. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget terhadap Pendidikan
Teresa M. McDevitt dan Jeanne Ellis Ormrod (2002) menyebutkan beberapa implikasi teori Piaget bagi guru-guru di sekolah, yaitu:
1) Memberi kesempatan terhadap peserta didik melakukan eksperimen terhadap objek-objek fisik dan fenomena-fenomena alam.
2) Mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dengan mengajukkan pertanyaan-pertanyaan atau pemberian tugas pemecahan masalah.
3) Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterprestasikan tingkah llaku siswa dan pengembangan rencana pelajaran.
4) Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget juga memberikan petunjk bagi para guru dalam memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang berbeda.
5) Merancang aktivitas kelompok dimana siswa berbagi pandangan dan kepercayaan dengan siswa lain.
4. Ketidakdewasaan Pemikiran Remaja: Kritik terhadap Teori Piaget
Dalam beberapa hal pemikiran remaja terlihat kurang matang yang dimanifestassikan setidaknya dalam enam karakteristik, yaitu :
a. Idealisme dan kekritisan. Ketika para remaja memimpikan dunia yang ideal, mereka menyadari betapa jauhnya mereka dengan dunia nyata, dimana mereka memegang tanggung jawab orang dewasa. Mereka menjadi sangat sadar akan kemunafikan, sehingga mereka sering kali mengkritik orang tua mereka.
b. Argumentativitas. Para remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba atau menunjukkan kemampuan penalaran formal baru mereka. Mereka menjadi argumenattif ketika mereka menyusun fakta dan logika untuk mencari alas an, misalnya bergadang.
c. Ragu-ragu. Para remaja dapat menyimpan berbagai alternative dalam pikiran mereka pada waktu yang sama, tetapi karena kurangnya pengalaman, mereka kekurangan strategi efektif untuk memilih.
d. Menunjukkan hypocrisy. Remaja sering tidak menyadari perbedaan antara mengekspresikan sesuatu yang ideal dan membuat pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya
e. Kesadaran diri. Para remaja sekarang dapat berfikir tentang pemikiran-pemikiran mereka sendiri dan pemikiran orang lain. Tetapi, dalam keasikan mereka akan dikondisi mental mereka, para remaja sering berasumsi bahwa apa yang dipikirkan orang lain sama dengan apa yang mereka pikirkan. Kesadaran diri remaja yang demikian disebut oleh Elkind sebagai “imaginary audience”, yakni perilaku menarik perhatian, keinginan untuk diperhatikan, tampil menonjol dan menjadi pusat perhatian.
f. Kekhususan dan ketangguhan. Karakteristik lain yang menunjukkan ketidakmatangan pemikiran remaja adalah keyakinan remaja tentang dirinya yang special, unik, dan tidak tunduk pada peraturan yang mengatur dunia atau disebut sebagai “personal fable”(doneng pribadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar