Rabu, 07 September 2011

makalah profesi keguruan mengajar dan belajar dalam standar proses pendidikan


MENGAJAR DAN BELAJAR
DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Profesi Keguruan





Disusun oleh :

GITA DIDAKTIKA ASE

( 100641554 )

A-8



PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

Jalan Tuparev NO. 70 Cirebon Telp. 0231-209608, 209625 Fax. 0231-29068
2010-2011

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini membahas tentang Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan . Dimana dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peranan yang sangat penting. Sebelum mengajar guru harus mengetahui kemampuan-kemampuan awal siswanya. Disinilah penulis akan membahas Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan.
Demikian dari penulis, mudah-mudahan isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik itu pelajar, maupun khalayak umum yang ingin menambah ilmu tentang Mengajar dan Belajar. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dalam muatan pendalaman materi maupun wawasan materi yang sedikit. Penulis menerima saran dan kritik bagi para pembaca, apabila dalam muatan ini banyak kekurangn, penulis mohon maaf. Apabila dibutuhkan, di lain waktu penulis akan memperbaiki dan menambah kekurangnnya itu.





Cirebon,      November  2010



Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I             PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang …………………………………………………….i
2.      Rumusan Masalah ………………………………………………..iii
3.      Pembatasan Masalah ……………………………………………..iii
4.      Tujuan ……………………………………………………………iii

BAB II            KAJIAN TEORITIS

A.    Definisi Mengajar dan Belajar ……………………………………1
B.     Konsep Dasar Mengajar ………………………….……………….1
C.     Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan ……………...4
D.    Teori-teori Belajar …………………………………...……………7

BAB III          PEMBAHASAN

1.      Bagaimana Proses Mengajar yang Baik …………………………14
2.      Bagaiman Menerapkan Belajar Mengajar dalam Standar Proses      Pendidikan ……………………………………………………….15
3.      Apa saja Faktor yang Mempengaruhi dalam Proses Balajar ……………………………………………………………………16

BAB IV          KESIMPULAN

DAFTAR  PUSTAKA








BAB I

PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Kita pasti sering melihat bahkan mungkin merasakan sendiri peristiwa semacam ini. “Seorang guru yang telah menghabiskan waktunya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya berjam-jam. Tentu saja materi yang ia sampaikan adalah materi pelajaran yang ia pelajari pada malam harinya. Sebagian besar siswa sama sekali tidak merasa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikannya, karena mereka merasa apa yang disampaikan sang guru sama persis dengan apa yang ada dalam buku yang mereka pelajari dirumah. Oleh karena itulah mereka merasa gelisah atau bosan selama mendengarkan penjelasan guru. Diantaranya, ada yang mengantuk, asik mengobrol, membaca buku dan mungkin juga ada yang asik mendengarkan penjelasan guru. Memperhatikan situasi ini guru mulai beraksi, mulai marah, ngomel, dan lain sebagainya. Dan anak-anak mulai diam, sang guru melanjutkan mengajarnya. Hari yang membosankan, baik bagi guru maupun siswa. Guru menganggap siswanya bandel-bandel, demikian juga siswa merasa guru tidak mampu mengajar, karena ia hanya menyampaikan informasi yang sebetulnya sudah merasa mereka kuasai. Oleh sebab itu, ketika bel berbunyi tanda pelajaran berakhir siswa bersorak kegirangan menyambut bunyi bel.”
Bagi seorang guru, peristiwa itu sering dianggap sebagai peristiwa yang menjengkelkan, sehingga ia menganggap kalau kelas tersebut adalah kelas yang bandel, kelas yang tak bisa diurus, dan lain sebagainya.
Bijaksanakah tindakan guru yang demikian?Sebelum anda menjawab, kita akan tinjau beberapa hal yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar diatas.
Pertama, ketika mengajar guru tidak berusaha mengetahui kemampuan awal siswa, apakah materi yang diajarkan sudah dipahami siswa atau belum, demikian juga ia tidak tahu apakah siswa sudah membaca buku yang ia baca.



i
Jangan-jangan siswa lebih paham dari gurunya tentang materi pelajaran yang akan diajarkannya, karena selain siswa membaca buku yang menjadi rujukan guru, siswapun membaca buku lain yang dianggap relevan.
Kedua, dalam proses belajar mengajar  guru tidak berusaha mengajak berpikir siswa. Komunikasi terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir. Mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah. Mengajar yang hanya menyampaikan informasi akan membuat siswa kehilangan motivasi dan konsentrasinya. Mengajar adalah mengajak berpikir siswa sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.
Ketiga, guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya. Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh seorang guru seharusnya mengarah pada pencapaian tujuan. Apa yang keluar dari mulut guru selalu diarahkan untuk mencapai tujuan belajar, yakni perubahan tingkah laku. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar, guru perlu mendapatkan umpan balaik, apa tujuan yang ingin dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum, apakah proses atau gaya bicara guru dapat dimengerti atau tidak. Hal ini sangat diperlukan untuk proses perbaikan mengajar yang telah dilakukannya.
Keempat, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap sebagai “tong kosong” yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggapnya sangat penting. Padahal dewasa ini berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, setiap orang bisa memperoleh pengetahuan lewat berbagai media, berbagai sumber belajar, dan lain sebagainya. Dengan demikian, jika sekarang ada guru yang menganggap dirinya paling pintar, paling menguasai sesuatu, itu sangat keliru. Bisa terjadi dewasa ini siswa lebih menguasai materi pelajaran dibandingkan dengan gurunya.


ii
Jadi, dengan demikian dalam masa sekarang yang sudah maju dari sebelumnya apalagi dalam era informasi sekarang ini seharusnya telah terjadi perubahan peranan guru. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar (learning resources), akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of intuction). Dalam posisi seperti ini bisa saja terjadi guru dan siswa saling membelajarkan. Salahkah jika guru belajar dari siswa?

2.      Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang :
1.      Bagaimana proses mengajar yang baik?
2.      Bagaimana menerapkan belajar mengajar dalam standar pendidikan?
3.      Apa saja Faktor yang mempengaruhi dalam Proses Belajar?

3.      Pembatasan Masalah
Kami hanya akan membahas tentang apa yang telah tertulis dalam rumusan masalah sebelumnya.

4.      Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui proses mengajar yang baik.
2.      Untuk mengetahui menerapkan belajar mengajar dalam standar proses pendidikan.
3.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar.










iii
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Definisi
      Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengajar adalah memberikan pelajaran, melatih, dan lain sebagainya yang diberikan kepada orang agar diketahui.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.
      Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
      Sedangkan definisi dari Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 6)

B. Konsep Dasar Mengajar
1. Mengajar sebagai Proses Menyampaikan Materi Pelajaran
            Telah kita ketahui bahwa mengajar secara deskriptif diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian ini sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu, diartikan sebagai proses menyebarluaskan. Untuk proses mengajar, sebagai proses menyampaikan pengetahuan akan lebih tepat jika diartikan dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakan oleh Smith (1987) bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill).Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :


1
a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
            Sehubung dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu sebagai perencana, penyampai informasi, dan evaluator. Sebagai perencana pengajaran, sebelumnya proses pengajaran guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti misalnya materi pelajaran apa yang harus disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, media apa yang harus digunakan, dan lain sebagainya. Dalam melaksanakan perannya sebagai penyampai informasi, sering guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Sedangkan sebagai evaluator, guru berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan pengajaran,. Biasanya criteria keberhasilan proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
b. Siswa sebagai objek belajar
            Dalam hal uini siswa dianggap sebagai organisme pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam criteria ini siswa dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gayanya, sangat terbatas. Sebab dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
c. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
            Proses pengajaran berlangsung pada temapat tertentu, misalnya terjadi di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Demikian juga halnya dengan waktu yang diatur sangat ketat. Manakala waktu belajar suatu materi pelajaran tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran
            Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mat pelajaran yang diberikan disekoalah.


2
Sedangkan mata pelajaran adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selnjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa. Kadang juga siswa tak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan tersebut. Oleh karena itu criteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.

2. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan
Dalam proses ini mengharapkan agar siswa belajar. Dalam konsep ini yang penting adalah belajarnya siswa. Untuk apa menyampaikan materi pelajaran kalau siswa tidak berubah tingkah lakunya? Dengan demikian, yang terpenting dalam mengajar adalah proses mengubah perilaku. Dalam konteks ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Bisa terjadi guru hanya beberapa menit saja dikelas, namun dari waktu yang sangat singakat itu membuat siswa sibuk melakuakan proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.
Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan itu.
a. Mengajar berpusat pada siswa (student centered)
            Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri. Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, criteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian, peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu, membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebgai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya.

3
Oleh sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa.
b. Siswa sebagai subjek belajar
            Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang memiliki kemampuan dan potensi.
c. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja
            Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya temapat siswa belajar. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar tentang fungsi pasar misalnya, maka pasar itu sendiri sebagai tempat belajarnya.
d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
            Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkahlaku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi peljaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya.

C. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan
            Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.
4
Dalam implementasinya, walaupun istilah yang diguanakan “pembelajaran”, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar-belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara mengajar dan belajar diistilahkan Dawey sebagai “menjual dan membeli” Teaching is to learning as selling is to buying (Dawey 1934:35). Artinya, seseorang tidak mungkin akan menjual manakala tidak ada orang yang membeli., yang berarti tidak akan ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seseorang belajar. Ini berarti mengajar adalah suatu proses yang mengandung aktivitas.
            Mengajar menunjukkan kegiatan yang membawa kepada aktivitas belajar seseorang. Mengajar bukan hanya sekedar menceritakan (telling) atau memperlihatkan cara (showing how), akan tetapi merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan pengajaran. Itulah sebabnya proses pengajaran ditandai dengan adanya peristiwa mengajar dan peristiwa belajar.
            Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak beratri memperbesar peranan siswa disatu pihak dan memperkecil peranan guru secara optimal, demikian juga halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas di atas, hanya menunjukkan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhdaap materi dan proses pembelajaran. Maka istilah “pembelajaran” (instruction) itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Disini jelas, proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakan hanya terletak pada peranannya saja.
Makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan ditunjukkan oleh beberapa ciri yang dijelskan berikut ini.
1. Pembelajaran adalah Proses Berpikir
            Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkunan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan disekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuanya sendiri (self regulated).

5
Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak dating dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah pembelajaran bepikir memandang bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya.
2. Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
            Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan pengguanaan otak secara maksimal. Otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan kiri.
            Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik serta simbolis. ( De Porter, 1992)
            Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan ( merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi. Kedua belahan otak perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang.
3. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
            Bealajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya, dan akan dihadapkan pada berbagai rintangan.
            Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah dikemukakan di atas sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; dan (4) learning to live together.
            Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.



6
Oleh karena itu, dalam konteks learning to know juga bermakna learning to thing atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalam dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.
            Learning to do mengandung penhertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan takumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Kompetansi akan dimiliki manaka anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi kepada pengalaman (learning by experiences).
            Learning to be mengandung pengertian bahwa beljar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
            Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama. Dalam masyarakat global dimana manusia baik secara indivual maupun kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.

D. Teori-teori Belajar
            Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
            Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.
            Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku, namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.
            Menurut John Locke, manusia merupakan organisme yang pasif. Ia menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulis apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandangan itu, memunculkan aliaran belajar behavioristik-elementeristik.
           

7
Leibnitz menganggap bahwa manusia adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari pada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk memembuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusatnya adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan ini melahirkan aliaran beljar kognitif-holistik.
Berangkat dari proses manusia yang berbeda, dalam menjelaskan terjadinya perilaku, kedua aliran teori belajar, yaitu aliran behavioristik-elementeristik dan aliran kognitif-holistik, memiliki perbedaan pula.Perbedaan keduanya seperti dapat dilihat pada table dibawah ini.
Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
TEORI BELAJAR KOGNITIF
Mementingkan pengaruh lingkungan
Mementingkan apa yang ada dalam diri
Mementingkan bagian-bagian
Mementingkan keseluruhan
Mengutamakan peranan reaksi
Mengutamakan fungsi kognitif
Hasil belajar terbentuk secara mekanis
Terjadi keseimbangan dalam diri
Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
Tergantung pada kondisi saat ini
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
Memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and error
Memecahkan masalah didasarkan kepada insight

            Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Oleh karena itu, teori ini juga disebut dengan teori Stimulus-Respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Teori-teori belajar yang termasuk kedalam kelompok behavioristik diantaranya:
a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike
b. Classicak conditioning, dengan tokohnya Pavlop

       8
c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh skinner
d. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull
e. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrin
            Sedangkan teori-teori yang termasuk kedalam kelompok kognirif holistic diantaranya :
a. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer
b. Teori Medan (Field Theory), dengan tokohnya Lewin
c. Teori Organismik, yang dikembangkan oleh Wheeler
d. Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan Rogers
e. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget

1. Beberapa Teori Belajar Behavioristik
a. Teori Belajar Koneksionisme
            Dikembangkan oleh Thorndike (1913), menurut teori ini, belajar pada hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus-respon (S-R). Oleh karena itu lah teori ini juga dinamakan teori Stimulus Respon.
b. Teori Belajar Classical Conditioning
            Seperti halnya dengan Thorndike,  Pavlop dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku dibantu dengan kondisi tertentu. Untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
c. Operant Conditioning
            Dikembangkan oleh Skinner, merupakan pengembangan dari teori Stimulus Respon. Berbeda dengan tokoh lainnya, Skinner membedakan dua macam respon, yakni respondent response (reflexive response) dan operant response (instrumental response). Respondent response adalah respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Respon ini relatif tetap, artinya setiap ada stimulus semacam itu akan muncul respon tertentu.

9
 Dengan demikian perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkan.
Operant response (instrumental response) adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkust respon yang telah dilakukan organisme. Jadi dengan demikian, perangsang tersebut mengikuti dan memperkuat suatu tingkah laku yang telah dilakukan.
            Pada perilaku manusia respondent response bersifat sangat terbatas, oleh karena itu sangat kecil untuk dimodifikasi. Sebaliknya operant response (instrumental response) sifatnya tidak terbatas, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat dimodifikasi sangat besar. Dengan demikian, untuk mengubah tingkah laku kita dapat menggunakan instrumental response.
            Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah lku tertentu perlu diurutkan atau dipecah-pecahkan menjadi bagian-bagaian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang diharapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah direspon, perlu diberikan hadiah (reinforcer) agar tingkah laku itu terus menerus diulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak yang diharapkan.
            Setiap komponen atau tingkah laku yang spesifik yang telah direspon anak perlu diberikan hadiah atau penguatan yang dapat menimbulkan rasa senang. Dengan demikian, anak akan terus mengulang perilaku tersebut dan melanjutkan pada komponen perilaku berikutnya.

2. Teori Belajar Kognitif
a. Teori Gestalt
            Dikembangkan oleh Kofka, Kohler, Wertheimer. Menurut teori ini, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Namun teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.

10
Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan keterhubungan antara komponen yang ada dilingkungannya.
            Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt, memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a). Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut., sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompoknya.
b). Insight dipengarauhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
c). Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
d). Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahlan persoalan. Pengertian itulah yang bisa menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
e). Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain. Disini terdapat semacam transfer belajar , namun yang ditransfer bukanlah materi yang dipelajari, tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui insight.
            Beberapa prinsip penerapan teori belajar ini ( Nasution,1982):
a. Belajar itu berdasarkan keseluruhan
            Berbeda dengan teori belajar behavioristik yang menganggap bagian-bagaian lebih penting dari keseluruhan, namun teori ini justru menganggap bahwa keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagaian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kelaimat akan memiliki makna apabila ada dalam suatu rangkaian karangan.
            Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu maslah. Melalui maslah ini siswa dapat mempelajarai fakta.
b. Anak yang belajar merupkan keseluruhan
            Prinsip ini mengandung pengertian bahwa mempelajarai anak itu bukan hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya.

11
Apa artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak diikuti oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Oleh karenanya mengajar itu bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada di dalam diri anak.
c. Belajar berkat insight
            Telah diketahui bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permaslahan. Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan pada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu, anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah.
d. Belajar berdasarkan pengalaman
            Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan. Inilah hakiakat pengalaman. Dengan demikian, proses pembelajaran adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.

b. Teori Medan
            Dikembangkan oleh Kurt Lewin. Sama seperti teori Gestalt, teori ini menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan dengan proses pemecahan maslah menurut Lewin dalam belajar adalah :
a). Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif.
b). Pentingnya motivasi. Motivasi adalah factor yasng dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu. Terkadang untuk mendapatkan daya tarik tersebut itu, seseorang dapat melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Itulah sebabnya selain diperlukan factor pendorong melalui hadiah, juga diperlukan hukuman terutama apabial terjadi gejala-gejala perilaku yang tidak sesuai. Disamping itu, motivasi juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan.



12
c. Teori Konstruktivitik
            Dikembangkan oleh Piaget. Ia berpendapat bahwa pada dasrnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakana. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
            Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.  




















13
BAB III
PEMBAHASAN

1. Bagaimanakah proses mengajar yang baik itu?
            Pertama, ketika mengajar guru harus berusaha mencari informasi atau mengetahui kemampuan awal siswa, apakah siswa sudah paham tentang materi yang akan dijelaskannya? apakah siswa sudah membaca buku yang guru juga baca?
Contoh lainnya yaitu seperti hal nya seorang dokter yang professional, sebelum ia melakukan pemerikasaan atau tindakan kepada pasiennya, terlebih dahulu dokter akan melakukan diagnosis, seperti bertanya dulu bagian mana yang sakit, sudah minum obat belum sebelumnya, dan lain sebgainya sambil memeriksa bagian tubuh pasien tersebut. Nah, setelah dokter tahu gejala sumber penyakit pasiennya, baru ia menentukan apa yang harus dilakukannya:apakah harus berobat jalan, di opname, atau lain sebagainya.
Jadi jika seorang guru hendak mengajar dikelas, ia harus mengetahui sebelumnya tentang kemampuan awal siswa. Dan barulah ia mulai ambil langkah yang tepat untuk mengajar.
Kedua, dalam proses belajar mengajar  guru harus berusaha mengajak berpikir siswa. Mengajar yang hanya menyampaikan informasi akan membuat siswa kehilangan motivasi dan konsentrasinya. Mengajar adalah mengajak berpikir siswa sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.
Contoh lainnya jika kita melihat seseorang yang sedang bermain catur dengan temannya, mereka terlihat sangat berkonsentrasi dan juga membutuhkan motivasi. Karena dalam bermain catur yang dibutuhkan adalah konsentrasi dan motivasi
            Ketiga, guru harus berusaha mencari umpan balik agar siswa mau mendengarkan penjelasan materi yang disampaikannya. Apa yang keluar dari mulut guru selalu diarahkan untuk mencapai tujuan belajar, yakni perubahan tingkah laku. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar, guru perlu mendapatkan umpan balaik, apa tujuan yang ingin dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum, apakah proses atau gaya bicara guru dapat dimengerti atau tidak. Hal ini sangat diperlukan untuk proses perbaikan mengajar yang telah dilakukannya.
           
14
Keempat, guru tidak boleh menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa. Bisa saja terjadi ada siswa yang lebih pintar dari gurunya, karena siswa tersebut mendapatkan informasi dari berbagai media dan mau berusaha untuk mendapatkan informasi dari yang lainnya, bukan hanya dari satu buku ataupun dari informasi guru. Sehingga jika ada yang menganggap bahwa guru adalah orang yang paling mampu menguasai pelajaran disbanding siswanya itu sangat keliru.

2. Bagaimana menerapkan belajar mengajar dalam standar pendidikan?
Bisa dilakukan dalam memerapkan metode inquiry. Metode mengajar inquiry mengandung proses mental yang tingkatannya cukup tinggi. Proses mental yang ada pada inquiry diantaranya : merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inquiry, kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar siswa memperoleh pengalaman, sehingga berkesempatan untuk mengalami proses inquiry.
Dalam pembelajaran inquiry, guru jarang menerangkan tetapi banyak mengajukan pertanyaan. Dengan pertanyaan, guru dapat membantu siswa dalam berpikir. Guru dapat mengajukan pertanyaan yang sesuai pada setiap individu siswa, sehingga mampu mengorganisasi pendapat serta dapat meningkatkan pengertian terhadap segala sesuatu yang sedang dibahas. Dan siswa mampu menemukan sendiri konsep/prinsip yang direncanakan guru untuk dimiliki siswa.
Diskusi dalam pembelajaran inquiry, guru mengarahkan kegiatan mental siswa sesuai dengan perencanaan. Siswa lebih banyak terlibat, sehingga tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru, melainkan mendapat kesempatan untuk berpikir. Siswa dapat merumuskan jawaban dari masalah yang disajikan dalam diskusi. Karena ’dipaksa berpikir’, perkembangan kognitif setiap individu lebih dimungkinkan terlaksana. Keuntungan menggunakan metode mengajar inquiry adalah :
1. Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan mengumpulkan/memproses keterangan dengan inquiry approach dapat dikembangkan seluas-luasnya.


15
2. Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
Selain keuntungan diskusi dalam pembelajaran inquiry pun mempunyai kelemahannya, yaitu :
1. Belajar mengajar dengan inquiry approach memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
2. Inquiry approach kurang cocok pada siswa yang usianya terlalu muda, misalnya Sekolah Dasar (SD) kelas 1, 2, dan 3.

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar?
Faktor faktor yang mempengaruhi proses belajar secara umum sama halnya faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal . kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A, faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula,dalam proses belajar merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia.

16
Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
Ø  Kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto  2002).



17

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
Perolehan Nilai IQ
Klasifikasi
140 – 169
Amat superior
120 – 139
Superior
110 – 119
Rata-rata tinggi
90 – 109
Rata-rata
80 – 89
Rata-rata rendah
70 – 79
Batas lemah mental
20 — 69
Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
A.     Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
B.     Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
C.     Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
D.     Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
E.     Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
F.     Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;
G.    Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang.

18
Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
Ø  Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi lah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a.      Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.      Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 


19
Ø  Minat
Secara sederhana,minat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
Ø  Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya;

20
berusaha untuk menyajikan pelajaran yang dimampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi diri siswa.
Ø  Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan non sosial.


21
1) Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2)  Lingkungan non sosial 
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.   
22
BAB IV
KESIMPULAN

Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Menurut hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
            Konsep Dasar Mengajar terdiri dari :
1.      Mengajar sebagai Proses Menyampaikan Materi Pelajaran
a.       Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
b.      Siswa sebagai objek belajar
c.       Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
d.      Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran
2.      Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan
a.       Mengajar berpusat pada siswa (student centered)
b.      Siswa sebagai subjek belajar
c.       Proses pembelajaran berlangsung dimana saja
d.      Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.
Makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan ditunjukkan oleh beberapa ciri yang dijelskan berikut ini.
1.      Pembelajaran adalah Proses Berpikir
2.      Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
3.      Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat


23
Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku, namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.

1. Beberapa Teori Belajar Behavioristik (John Lock)
a.       Teori Belajar Koneksionisme
b.      Teori Belajar Classical Conditioning
c.       Operant Conditioning
2. Teori Belajar Kognitif
a.       Teori Gestalt, Beberapa prinsip penerapan teori belajar ini ( Nasution,1982):
a). Belajar itu berdasarkan keseluruhan
b). Anak yang belajar merupkan keseluruhan
c). Belajar berkat insight
d). Belajar berdasarkan pengalaman
b.      Teori Medan
c.       Teori Konstruktivitik


























24
DAFTAR PUSTAKA


Dr.Sanjaya, Wina MPd. 2006 Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Dahar, Rana Wilis. 1989. Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: Imtima

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang. Bandung: Imtima

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidiakn Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Konsektual ( Contextual Teaching and Learning (CTL))

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

http//:www.depdiknas.or.id

http://re-searchengines.com/0505nahdi2.html

http://imamsujarwo.man3malang.com/?p=67


Tidak ada komentar:

Posting Komentar